Indonesia Diprediksi Memanas di 2025, Ini Wilayah Paling 'Terpanggang'
November 08, 2024
LiputID.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan peningkatan suhu udara di Indonesia pada tahun 2025.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa suhu udara permukaan rata-rata bulanan di berbagai wilayah Indonesia dari Januari hingga Desember 2025 diprediksi akan mengalami anomali kenaikan antara +0,3 hingga +0,6°C.
Kenaikan suhu ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada periode Mei hingga Juli 2025, dengan rata-rata kenaikan sekitar 0,4°C di atas kondisi normal berdasarkan data periode 1991-2020.
Peningkatan suhu ini, menurut BMKG, menjadi perhatian penting dalam konteks perubahan iklim global dan dapat berdampak pada berbagai sektor di Indonesia.
"Jadi ini lebih hangat dibanding dengan normalnya. Normalnya adalah rata-rata suhu selama 30 tahun terakhir," kata Dwikorita dalam Konferensi Pers Climate Outlook 2025 yang disiarkan secara daring di kanal YouTube BMKG, Senin (4/11).
"Wilayah yang perlu diwaspadai mengalami anomali suhu tinggi antara lain daerah-daerah yang terletak di Sumatra bagian selatan, Jawa, NTB, NTT," lanjut dia.
Dwikorita menjelaskan bahwa proyeksi kenaikan suhu tersebut merupakan gambaran umum untuk sepanjang tahun 2025.
Meski demikian, ia menekankan bahwa cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk dinamika atmosfer dan kondisi iklim global yang fluktuatif.
Faktor-faktor ini, lanjutnya, dapat memicu variasi kondisi cuaca yang tidak seragam di seluruh wilayah Indonesia, sehingga beberapa daerah mungkin mengalami perubahan suhu yang lebih ekstrem dibandingkan daerah lainnya.
"Kondisi cuaca di Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya pengaruh dari Samudra Pasifik atau Hindia, dan juga pengaruh dari dua benua, tapi juga ada pengaruh-pengaruh kondisi di ekuator. Misalnya ada gelombang ekuator, MJO, jadi poinnya adalah ini pandangan iklim penting menjadi pegangan untuk menyusun perencanaan satu tahun ke depan," tuturnya.
Kenaikan suhu imbas krisis iklim
Dalam pernyataan lain, Dwikorita mengungkapkan bahwa sejumlah studi menunjukkan kenaikan suhu global saat ini sudah mencapai 1,45 °C di atas rata-rata pra-industri (1850-1900).
Kenaikan ini, katanya, memicu percepatan kenaikan muka laut yang terus meningkat dari satu dekade ke dekade berikutnya.
Rata-rata kenaikan muka laut global tercatat sebesar 2,1 mm per tahun pada periode 1993 hingga 2002, namun meningkat dua kali lipat menjadi 4,4 mm per tahun pada periode 2013 hingga 2021.
Dwikorita menjelaskan bahwa fenomena ini terutama disebabkan oleh pencairan es di kutub, baik dari gletser maupun lapisan es laut, sebagai dampak langsung dari pemanasan global yang kian intensif.
"Jelas tidak berlebihan jika saya menyebut situasi ini sebagai sesuatu yang sangat serius dan juga harus direspons secara serius," kata Dwikorita pada September lalu, mengutip laman resmi BMKG.
Dwikorita menegaskan bahwa krisis iklim adalah fenomena global yang juga berdampak pada Indonesia.
Dalam pernyataan pada Maret lalu, ia menyoroti bahwa Indonesia merasakan langsung berbagai dampak dari perubahan iklim, termasuk kenaikan suhu, perubahan pola curah hujan, dan peningkatan permukaan air laut, yang berdampak signifikan pada lingkungan dan kehidupan manusia.
Salah satu contoh nyata dari dampak perubahan iklim di Indonesia adalah mencairnya gletser tropis di Puncak Jaya, Papua.
Data menunjukkan bahwa luas tutupan es abadi di puncak dengan ketinggian 4.884 mdpl ini telah berkurang hingga 98 persen—dari 19,23 kilometer persegi pada tahun 1850 menjadi hanya 0,23 kilometer persegi pada April 2022.
Salah satu bukti yang menunjukkan perubahan iklim di Indonesia adalah peningkatan suhu yang terus terjadi setiap tahunnya.
Dwikorita mengungkapkan bahwa suhu global saat ini hampir mencapai batas yang disepakati dalam Perjanjian Paris pada COP21, 12 Desember 2015, yaitu pembatasan kenaikan suhu rata-rata global hingga 1,5 derajat Celsius.
Realitasnya, suhu dunia telah naik dengan cepat, hampir mencapai 1,45 derajat Celsius di atas rata-rata suhu masa pra-industri.
Menurut data dari BMKG, laju kenaikan suhu di Indonesia menunjukkan tren yang signifikan, mencapai 0,15 °C per dekade.
Di samping itu, krisis iklim berdampak pada kondisi ekstrem di banyak negara, termasuk ancaman kekeringan yang diperkirakan akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang.